Terapi latihan adalah salah satu
modalitas fisioterapi dengan menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler,
mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi, koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional.
Teknologi intervensi Fisioterapi yang dapat
digunakan antara lain :
Terapi latihan adalah suatu teknik fisioterapi untuk memulihkan dan
meningkatkan kondisi otot, tulang, jantung dan paru-paru, agar menjadi lebih
baik pada seorang pasien. Faktor penting yang berpengaruh pada efektifitas
program terapi latihan adalah edukasi dan keterlibatan pasien secara aktif
dalam rencana pengobatan yang telah disusun.
Pemberian terapi latihan baik secara aktif maupun pasif, baik
menggunakan alat maupun tanpa menggunakan alat dapat memberikan efek naiknya
adaptasi pemulihan kekuatan tendon, ligament serta dapat menambah kekuatan
otot, sehingga dapat mempertahankan stabilitas sendi dan menambah luas gerak
sendi.
Terapi latihan pada osteoarthritis
lutut bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot quadriceps, karena pada
kondisi osteoarthritis sendi lutut sering menimbulkan rasa sakit serta
ketidakmampuan akan bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriseps
dan atropi otot, yang merupakan komponen yang penting dalam membantu
menstabilisasi persendian. Sedangkan kelemahan otot quadriseps dapat
mengakibatkan semakin parahnya osteoarthritis. Terapi latihan selain
untuk penguatan otot quadriseps dapat juga meningkatkan peredaran darah
pada persendian, sehingga nutrisi pada tulang rawan terpenuhi. Disamping itu
terapi latihan juga bersifat baik pada fungsi jaringan di sekeliling
persendian, misalnya kapsul sendi, ligament dan
tendon yang sering rusak akibat adanya osteoarhritis. Dengan
demikian resiko terjadinya luka atau cidera pada persendian bisa dihindari.
Menurut Kisner (1996) dosis terapi
latihan yang digunakan sebanyak 6 kali pengulangan disesuaikan dengan kondisi
umum pasien, apabila keadaan umum pasien baik maka latihan dapat diulang sampai
10 kali pengulangan.
Adapun terapi latihan yang akan
diberikan, antara lain :
A. Forced Passive Movement
1. Ketentuan Melakukan Passive Movement
Forced
passive movement merupakan teknik latihan yang pada dasarnya adalah latihan
passive sehingga perlu diperhatikan ketentuan melakukan passive movement
sebelum melakukan latihan yaitu :
1) Bagian yang tidak digerakan harus di
suport dengan baik.
2) Bagian yang akan digerakan harus di pegang
dengan benar (comfort).
3) Gerakan yang terjadi dapat dari distal ke
proksimal atau sebaliknya.
4) Pegangan pada bagian kulit yang tertarik
harus memudahkan mencegah tarikan yang
berlebihan.
5) Pegangan harus dekat dengan sendi untuk
memberikan gerakan yang memungkinkan.
6) Gerakan yang terjadi pada sendi
memungkinkan memberikan slight traksi dan tekanan harus mempunyai
pengaruh dorongan pada jarak ekstremitas.
7) Gerakan harus halus dan teratur,
pengulangan gerakan diberikan dengan selang waktu (tempo).
8) Pengubahan pegangan harus dilakkukan
dengan halus dan posisi pengaturan tangan atau pegangan seminimal mungkin yang
diperlukan.
2. Teknik Pelaksanaan Forced Passive Movement
Sebelum
memberikan latihan forced passive movement pasien diberikan penyinaran infra
merah sebagai persiapan latihan. Tidak lupa berikan gambaran kepada pasien
tentang apa, bagaimana, dan untuk apa latihan diberikan.
1) Persiapan Pasien
(1) Posisikan pasien senyaman mungkin, pada
kasus post Orif fraktur shaft femur dextra, pasien tidur tengkurap (tungkai atas
tersuport dengan baik).
(2) Pastikan pasien sadar, dan cek vital sign.
2) Persiapan Terapis
(1) Posisi terapis usahakan nyaman dan dapat
menjangkau dengan baik terhadap gerakan yang dilakukan, pada kasus ini terapis
di samping kanan tungkai penderita.
(2) Jaga kontak dengan pasien.
3) Pelaksanaan
Latihan
(1) Mobilisasi persendian tungkai (passive
movement dan pasien relax) pada kasus ini adalah hip joint, knee joint, dan
pattella femoral joint tungkai kanan.
(2) Statik kontraksi (kontraksi isometrik)
untuk menjaga tonus otot dan menjaga
kekuatan otot, dalam kasus ini dengan cara pasien diperintahkan untuk
menekankan lutut ke bed tahan beberapa saat lalu rilaks (terutama untuk otot
ekstensor lutut).
(3) Pastikan pasien benar – benar relax, terutama m.quadriceps dan m.hamstring
tungkai kanan.
(4) Fiksasi di atas m.hamstring bagian bawah
tungkai kanan, dengan tangan kiri terapis.
(5) Support bagian yang akan digerakan dengan
baik, dalam hal ini support (pegangan) di atas ankle tungkai kanan, oleh tangan kanan terapis.
(6) Traksi atau tarikan diberikan selama
gerakan untuk mengurangi pergesekan dalam sendi dan penguluran otot (m.
quadriceps).
(7) Gerakan yang diberikan yaitu fleksi lutut
tungkai kanan (jaga agar pasien tetap
relax), gerakan dilakukan sampai batas rasa nyeri (penderita merasa nyeri pada
lingkup gerak sendi tertentu, gerakan dihentikan).
(8) Penekanan diberikan pada akhir gerakan dengan tiba – tiba untuk menambah lingkup gerak sendi.
(9) Kecepatan gerakan, gerakan harus lambat,
teratur dan terkontrol karena selama gerakan fleksi knee m. quadriceps dan m.
hamstring harus tetap relax.
(10) Dosis, Menurut Kisner (1996) dosis terapi
latihan yang digunakan sebanyak 6 kali pengulangan, disesuaikan dengan kondisi
umum pasien, apabila kondisi umum pasien baik dapat di ulang sampai 10 kali
pengulangan.
4) Setelah
Latihan
(1) Evaluasi atau cek kembali keadaan umum
pasien.
(2) Berikan waktu istirahat sebelum pasien
meninggalkan tempat latihan.
B. Free Active Movement
Free active movement merupakan bagian dari active exercise yang
dihasilkan oleh kontraksi otot yang melawan gaya gravitasi pada bagian tubuh
yang bergerak, tanpa adanya bantuan atau tenaga dari luar, dengan tujuan
sebagai mobilisasi, rileksasi dan sebagai persiapan untuk latihan selanjutnya.
C. Relax Passive Movement
Merupakan gerakan yang murni berasal
dari luar atau terapis tanpa disertai gerakan dari anggota tubuh pasien.
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara pasif, oleh karena gerakan
berasal dari luar atau terapis sehingga dengan gerak rileks passive
movement ini diharapkan otot yang dilatih menjadi rilek maka menyebabkan
efek pengurangan atau penurunan nyeri akibat incisi serta mencegah terjadinya
keterbatasan gerak serta menjaga elastisitas otot.
Mekanisme penurunan nyeri oleh gerakan rileks
passive movement sebagai berikut : adanya stimulasi kinestetik berupa
gerakan rileks pasif movement yang murni berasal dari luar atau terapis tanpa
disertai gerakan dari anggota tubuh pasien akan merangsang muscle spindle dan
organ tendo golgi dalam pengaturan motorik, fungsi dari muscle spindle adalah :
(1)
mendeteksi perubahan panjang serabut otot
(2)
mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot, sedangkan fungsi dari organ tedo
golgi adalah mendeteksi ketegangan yang bekerja pada tendo golgi saat otot
berkontraksi Dengan terstimulasinya muscle spindle dan organ tendo golgi lewat
gerakan rileks passive movement akan mempengaruhi mekanisme kontraksi dan
rileksasi otot, yaitu bahwa ion-ion calsium secara normal berada dalam ruang
reticulum sarcoplasma. Potensial aksi menyebar lewat tubulus transversum
dan melepaskan Ca 2+.
Filamen-filamen actin (garis tipis) menyelip diantara filamen-filamen myosin,
dan garis-garis bergerak saling mendekati. Ca 2+ kemudian dipompakan
kedalam reticulum sarcoplasma dan otot kemudian mengendor. Dengan kedaaan otot yang sudah mengendor
maka penurunan nyeri dapat terjadi melalui mekanisme-mekanisme sebagai berikut:
(1) Tidak ada lagi perbedaan tekanan intramuscular
yang menekan nociceptor sehingga nociceptor tidak terangsang untuk menimbulkan
nyeri,
(2) Dengan
gerakan rileks passive movement yang berulang-ulang maka nociceptor akan
beradaptasi terhadap nyeri. Suatu sifat khusus dari semua reseptor
sensoris adalah bahwa mereka beradaptasi sebagian atau sama sekali terhadap
rangsang mereka setelah suatu periode waktu. Yaitu, bila suatu rangsang
sensoris kontinu bekerja untuk pertama kali, mula-mula reseptor tersebut
bereaksi dengan kecepatan impuls yang sangat tinggi, kemudian secara progresif
makin berkurang sampai akhirnya banyak diantaranya sama sekali tidak bereaksi
lagi . Hal ini dapat pula untuk menentukan dosis gerakan rileks passive
movement agar dapat menstimulasi muscle spindle.
Mekanisme
umum dari adaptasi dibagi dua yaitu :
(1) Sebagian
adaptasi disebabkan oleh penyesuaian didalam struktur reseptor itu sendiri, (2)
Sebagian disebabkan oleh penyesuaian didalam fibril saraf terminal.
(3) Dengan
mengendornya otot melalui gerakan rileks passive movement akan mempengaruhi spasme
otot dan iskemi jaringan sebagai penyebab nyeri. Spasme otot
sering menimbulkan nyeri alasanya mungkin dua macam, yaitu :
(1) Otot yang sedang berkontraksi menekan pembuluh
darah intramuscular dan mengurangi atau menghentikan sama sekali aliran darah,
(2) Kontraksi otot
meningkatkan kecepatan metabolisme otot tersebut. Oleh karena itu , spasme otot
mungkin menyebabkan iskemi otot relatif sehingga timbul nyeri iskemik yang
khas. Penyebab nyeri pada iskemik belum diketahui, salah satu penyebab nyeri
pada iskemik yang diasumsikan adalah pengumpulan sejumlah besar asam laktat
didalam jaringan, yang terbentuk sebagai akibat metabolisme anaerobic yang
terjadi selama iskemik, tetapi, mungkin pila zat kimia lain, seperti bradikinin
dan poliopeptida, terbentuk didalam jaringan karena kerusakan sel otot dan
bahwa inilah, bukannya asam laktat yang merangsang ujung saraf nyeri.
D. Resisted Active Exercise
Resisted
active exercise merupakan bagian dari active exercise di mana
terjadi kontraksi otot secara statik maupun dinamik dengan diberikan tahanan
dari luar, dengan tujuan meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan daya tahan
otot. Tahanan dari luar bisa manual atau mekanik.
Tahanan manual adalah tahanan yang kekuatannya berasal dari terapis
dengan besarnya tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien dan besarnya beban
tahanan yang diberikan tidak dapat diukur secara kuantitatif, sedangkan tahanan
mekanik adalah tahanan dengan besar beban menggunakan peralatan mekanik, dimana
jumlah besarnya tahanan dapat diukur secara kuantitatif. Pemberian tahanan
mekanik dapat menggunakan quadriceps setting exercise dengan alat quadriceps
banch, dimana penentuan besarnya tahanan beban dan pengulangan ditentukan
dengan menggunakan tes submaksimal. Tes submaksimal yaitu tes untuk
memperkirakan kekuatan maksimal, dengan menggunakan Diagram Holten.
Diagram Holten menggambarkan hubungan antara jumlah pengulangan dan
persentase kemampuan pasien yang digunakan untuk menghitung 1 RM (Repetition
Maximum). 1 RM adalah beban maksimal yang mampu diangkat satu kali dalam
tes submaksimal. Dengan rumus sebagai berikut :
1 RM =
A Kg X 100%
B %
Keterangan :
A Kg =
perkiraan berat beban awal yang diberikan.
B
% =
jumlah pengulangan dalam %.
Penentuan jenis dan dosis latihan berdasarkan Diagram
Holten tergantung dari tujuan yang ingin dicapai seperti dapat dilihat dalam
tabel 2.1 , berikut ini :
Tabel 2.1. Jenis Metode Latihan
Metode
|
Intensitas Dari 1
RM
|
Repetisi (kali)
|
Seri
|
Istirahat (detik)
|
Tujuan
|
Mobilisasi
|
10 – 30 %
|
5 – 15
|
1- 4
|
60
|
Memperbaiki
mobilitas lokal
|
Koordinasi
|
10 – 35 %
|
10 – 20
|
2 – 6
|
30 – 60
|
Mempelajari
kembali pergerakan
|
Endurance
|
30 – 65 %
|
> 20
|
1 – 3
|
0 – 30
|
Meningkatkan
kekuatan aerobik lokal
|
Velocity
|
70 – 80 %
|
11 – 22
|
3 – 4
|
90 – 150
|
Melatih kecepatan
massa otot
|
Hipertrofi
|
75 – 85 %
|
6 – 12
|
3 – 5
|
2 – 5
|
Meningkatkan massa otot
|
Kekuatan absolut
|
90-100 %
|
1 – 4
|
3 – 6
|
3 – 6
|
Meningkatkan
kekuatan absolut
|
sumber: http://physioarticle.blogspot.com/2011/12/terapi-latihan-review.html
Terimakasih atas informasinya.
ReplyDeletejangan lupa kunjungi https://ppns.ac.id.
Tolong isi kuisionernya, semakin banyak yang ngisi semakin banyak juga balasannya. Terimakasih sudah membantu 🙏🏽
https://bit.ly/38P1KV